Surat Cinta: Mengenalmu dalam ketidakpastian


Dari: Malik Fajar Abdillah
Mengenalmu dalam Ketidakpastian

Perkenalkan, namaku Malik Fajar Abdillah,
Seseorang harus mengetahuinya.


        Tahukah kamu kenapa aku menulis surat ini untukmu? Tentu kamu tidak. Tetapi itu bukan hal yang harus kamu ketahui sekarang, kamu harus membacanya sampai akhir terlebih dahulu.
        Mengetahui namamu, itulah hal yang pertama kali aku pikirkan saat aku pertama kali melihatmu. Tetapi itu tak mudah, karena tidak mungkin aku mendatangimu lalu menanyakan namamu, bisa saja aku dikira sok kenal, mungkin bahasa gaulnya sih, SKSD, sok kenal sok dekat. Terus terang aku menghindari hal seperti itu. Mungkin karena aku sering melihatmu, dan saat kamu melihat kearahku, aku selalu pura-pura tak melihat. Ya, mana mungkin seorang pemalu sepertiku terus terang kalau aku tertarik. Ya, itu memang membuatku benci. Tetapi hal itulah yang mebuatku tertarik mengenalmu lebih jauh lagi.
       Sampai pada suatu hari, karena aku memang tidak suka menunggu. Aku membuat rekayasa, seakan aku tidak peduli denganmu. Aku bertanya pada seseorang, “hey, kamu tau anak itu, yang sekolah disana, yang kalau mau berangkat nunggu angkutan disana?” saking liciknya, saat dia telah menjawab aku langsung mengalihkan pembicaraan, “perasaan bukan dia, yang aku maksud itu yang ini siapa?” ya, kalau gak seperti itu, dia akan langsung mencurigaiku, kalau aku tertarik denganmu. Kalau sampai tau, ini gak bakal menjadi menarik.
        Merasakan, aku benci merasakan, merasakan kalau aku selalu deg-degan kalau seseorang yang telah kuketahui namanya itu, naik satu angkutan denganku. Tidak hanya itu, aku memang tidak suka menunggu dan membuat orang lain menunggu, tetapi entah apa yang membuatku malah senang menunggumu, menunggu dirimu online di facebook. Aku sungguh benci ketika aku harus menyapamu, yah, kalau gak aku sapa duluan mana mungkin kamu bakal chat aku, menurut orang-orang sih, perempuan itu malu kalau untuk mengawali sebuah kontak. Tentu, Aku juga tidak tau demit apa yang merasukiku, sampai-sampai aku rela menunggu berjam-jam hanya untuk kontak denganmu.
        “Oh, Tuhan, apakah tidak masalah jika aku dekat dengannya, aku selalu ingin merasa dekat, tapi, aku juga merasa takut, takut jika saja nanti aku malah membuatnya sedih.” Sungguh, aku benci dengan semua ini, kenapa harus ada yang namanya Cinta, aku benci mengakuinya, bahwa aku memang cintai. Pikirku, entahlah, mungkin saja memang setiap manusia harus merasakan apa itu yang diberi nama, Cinta. Karena memang, cinta itu berbagi.
        Aku pikir, penjelasan yang bertele-tele ini atau lebih tepatnya, buang-buang waktu ini bisa membuatmu mengerti, kenapa aku menulis surat ini untukmu. Jika bisa seperti ini, ya, aku harap bisa seperti ini terus.

Biasa tidak punya teman,
Tidak biasa kerja sama, lebih suka menyendiri.
Me…




Poin: 145000

0 komentar

Posting Komentar