Tafsir Surat Al-Maun ayat 6 orang-orang yang berbuat Riya


Sifat-sifat orang yang mendustakan agama:
  1. Suka menghardik anak yatim.
  2. Tidak mengajak orang untuk memberi makan orang miskin.
  3. Orang yang lalai dari shalatnya.
  4. Orang-orang yang berbuat riya.
  5. Enggan menolong dengan barang berguna.
Imam Asqolani menjelaskan, riya adalah menampakkan ibadah supaya dilihat oleh orang lain.
Rasulullah bersabda: “Berilah kabar gembira kepada umat ini, bahwasanya umat ini akan mencapai keluhuran, ketinggian, kemenangan dan kekokohan diatas muka bumi ini. Tapi, barangsiapa diantara mereka melakukan amalan ukhrawi (ibadah) untuk mengejar dunia, maka di hari akhirat nanti dia tidak akan mendapat bagian pahala sedikitpun.” (HR. Ahmad, dan dinyatakan shahih oleh Al-Hakim, Adz Dzahabi, Al-Albani).
Pujian dari manusia juga termasuk “dunia”.
Beda antara Munafiq dan Riya
Munafiq yang disembunyikan adalah kekufuran, yang ditampakkan keimanan.
Riya yang ditampakkan ketaatan, yang disembunyikan kemaksiatan.
Ia melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala hanya ingin mengambil perhatian orang lain dan agar mendapat nama di tengah-tengah masyarakat, bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia bersedekah karena ingin dikatakan dermawan, menyempurnakan shalat agar orang mengatakan shalatnya bagus dan lain-lain. Mereka melaksanakan ibadah hanya untuk mencari perhatian orang lain. Seharusnya ibadah hanya untuk Allah, akan tetapi ia menginginkan dengan itu pujian dari orang lain. Mereka mendekatkan diri kepada manusia dengan cara melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti inikah yang disebut riya’.
Adapun mereka yang shalat untuk manusia seperti orang yang shalat di depan seorang raja atau yang lainnya, bersikap tunduk dengan melakukan ruku dan sujud untuknya, ini adalah musyrik kafir, diharamkan baginya masuk ke dalam jannah dan naarlah tempat kembalinya. Tetapi orang yang shalat untuk Allah namun juga mengharapkan orang lain memuji ibadahnya dan ingin dikatakan bahwa ia adalah seorang ahli ibadah, ini merupakan sifat yang didapati pada kebanyakan orang munafiq. Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
.إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Nama Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisaa [4]: 142)
Perhatikanlah sifat ini, jika mereka melaksanakan shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka inilah yang lalai di dalam shalatnya, dan berbuat riya’.
Disini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, { الَّذِينَ هُمْ يُرَاؤُونَ }, “Orang-orang yang berbuat riya’.” Apakah seseorang berbuat sum’ah sama dengan yang berbuat riya’? Maksudnya, apakah seseorang yang membaca Al-Qur’an dengan keras, membaguskan bacaannya dan tajwidnya yang disertai dengan suara yang indah agar orang mengatakan sungguh pandai ia membaca. Apakah perbuatan seperti ini sama dengan berbuat riya’? Jawabannya: Sama. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits:
“Barangsiapa yang melakukan sumah (ingin amalannya didengar oleh orang lain), maka Allah akan beberkan sumahnya dihadapan manusia. Barangsiapa yang riya’ (ingin amalannya dilihat orang lain), maka Allah akan bongkar riyanya.” (HR. Bukhari dalam kitab Ar-Riqaaq, bab Riya’ dan Sum’ah [6499]. Muslim dalam kitab Az-Zuhd, bab: Diharamkannya riya’, [2986] [47]. Dari hadits Jundab bin Abdullah Al-Bahili.)
Barangsiapa berbuat sum’ah, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mempermalukannya dan menjelaskan kepada manusia bahwa ia bukanlah seorang yang ikhlas, tapi ia lakukan itu karena ingin didengar manusia lantas mereka memujinya atas ibadah yang ia lakukan. Begitu juga orang yang berbuat riya’. Maka seseorang yang berbuat riya’ atau sum’ah, Allah akan membongkar rahasianya, baik dalam waktu dekat maupun jauh.
Perbedaan sum’ah dan riya. Sum’ah maksudnya supaya didengar. Riya’ maksudnya supaya dilihat.
Apa pemicu seseorang terkena penyakit riya’. Para ulama menjelaskan bahwa pemicu riya’ yaitu karena kecintaan yang berlebih terhadap kedudukan. Kedudukan ini bisa bersifat duniawi, bisa berbau agama. Contohnya kursi jabatan, popularitas, kekayaan, wanita, kedudukan sosial, ketokohan dalam agama, tenar, mendapat julukan ahli ibadah, zuhud.
Syaithan itu lihai. Jika ia tidak bisa mengarahkan riya’ dengan sifat agama, maka akan dicoba dengan riya’ yang bersifat dunia. Seorang Ulama berkata, “Sesuatu yang paling mahal di dunia adalah Ikhlas. Sering sekali saya berusaha keras untuk menghilangkan riya’ dari hatiku, tapi kemudian ternyata riya’ itu tumbuh lagi tapi warnanya beda.”
Syufai Al Asbahi. Seorang tabiin. Suatu hari dia berkunjung ke kota madinah. Beliau melihat ada kerumunan orang banyak, yang mengerumuni satu orang. Ternyata beliau adalah Abu Hurairah. Setelah semua selesai bertanya, Syufai bertanya, “Ya Abu Hurairah, Demi Allah, tolong berikan aku sebuah hadits yang engkau dengar langsung dari Rasulullah, dan engkau paham betul isinya.” Maka Abu Hurairah menjawab, “Baiklah, akan saya beritahukan hadits yang saya dengar dari Rasulullah dan saya paham betul. Rasulullah bersabda…. pada saat beliau ingin menerangkannya, Abu Hurairah pingsan…”. Beliau pingsan sampai 3x. Setelah yang keempat beliau bisa menerangkan “Sesungguhnya orang yang pertama kali disiksa oleh Allah pada hari kiamat ada 3 orang. Yang pertama adalah yang berjihad, pembaca Al-Quran (mempunyai ilmu agama), dan orang yang dermawan.” (HR. Muslim)
Setelah dibeberkan, maka ketiganya melakukannya dengan niat riya.
Disarikan dari Kajian Radio Rodja, Senin, 9 Syawal 1433 H / 27 Agustus 2012 Jam 16:15. Tafsir Al-Quran Juz Amma, Surat Al-Ma’un. Ustadz Abdullah Zain.
Catatan tambahan dari Tafsir Juz Amma, karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, terbitan Pustaka At-Tibyan.

0 komentar

Posting Komentar