Surat Cinta: Setiap Pagi di Kantin Itu


Setiap Pagi di Kantin Itu
Vanio,
Kau pasti bertanya-tanya tentang pengirim surat ini. Aku bisa membayangkan alis tebalmu bertemu ketika membacanya. Tapi, jangan buru-buru meremuk surat ini dan membuangnya. Kau tidak akan bisa membayangkan bagaimana aku selama berhari-hari merancang-rancang setiap kalimatnya. Bagaimana aku tidak bisa tidur tenang selama itu. Betapa selama menulis surat ini, tenganku gemetar dan nafasku tidak beraturan.

Semua itu kulalui hanya agar aku bisa menyampaikan perasaanku padamu. Masalahnya, persaanku benar-benar seperti kelinci nakal yang tidak tahan dikurung. Ia selalu memaksa keluar. Dan, aku pun sudah kehabisan akal membujuknya untuk tetap diam di dalam.

Jadi, aku ingin kau tahu bahwa setiap pagi aku selalu duduk di kursi yang sama. Di kursi itu, dengan penuh harap, aku menunggu kedatanganmu setiap pukul tujuh pagi. Saat itu, suara yang ada di sana hanya dentingan gelas dan piring yang disusun, wangi bawang merah yang ditumis, dan gumaman bangku-bangku plastik.

Lalu, kau datang dengan langkah-langkah panjang yang nyaris tak terdengar sambil menguarkan aroma jeruk. Lantas, memesan segelas teh dingin (apa minuman dingin di pagi hari ini tidak membuatmu sakit?). Sambil minum, kau membaca catatan kuliah, novel, mendengarkan lagu, mencoret-coret sesuatu di kertas, atau hanya diam menikmati kesunyian (terkadang, aku berpikir, jangan-jangan kau sedang berusaha berbincang dengan sinar matahari?). Selama itu, aku mengamatimu dari jauh. Dan, tampaknya, kau tidak pernah sadar ada yang sedang memandangimu (aku memang ahli menyembunyikan diri).

Aku benar-benar tidak pernah melewatkan satu pun gerakan yang kau buat. Memegang gelas the dengan tangan kanan, merokok dengan tangan kiri, duduk sambil mengangkat satu kaki…, semuanya!

Tidak hanya itu, aku sering memerhatikan apa yang kau pakai dan kau bawa (T-shirt dengan tulisan konyol, sepatu berwarna perak, novel Alfred Hitchcock…). Lalu, aku pun berusaha mencari barang yang sama dan memakainya. Aku penggemarmu nomor satu!

Kau juga harus tahu, aku selalu menyukai semua hal dari dirimu, kecuali bahwa kamu tidak tahu aku ada. Tapi, kini, aku tidak mau bersembunyi lagi. Kelinci akan bebas keluar dari kurungan. Aku pastikan, kau akan tahu siapa pengirim surat ini. Kau bisa menemukanku di tempat yang kau datangi setiap pagi. Oh, ya, sedikit ciri-ciriku: aku hampir selalu memakai baju hijau (warna kesukaanmu juga, kan?) dan wajahku akan selalu memerah setiap kali beradu pandang denganmu-apalagi, kalau kamu benar-benar menghampiriku. Cukup mudah, kan? (Pasti alismu bertemu lagi saat membaca ini!)
Salam,

Ade Febriani
Penggemar No. 1 Vanio

0 komentar

Posting Komentar