Hari Jumat adalah hari yang mulia, dan kaum muslimin di seluruh 
penjuru dunia memuliakannya. Keutamaan yang besar tersebut menuntut umat
 Islam untuk mempelajari petunjuk Rasulullah dan sahabatnya, bagaimana 
seharusnya msenyambut hari tersebut agar amal kita tidak sia-sia dan 
mendapatkan pahala dari Allah ta’ala. Berikut ini beberapa adab yang 
harus diperhatikan bagi setiap muslim yang ingin menghidupkan syariat 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Jumat.
1. Memperbanyak Sholawat Nabi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya
 hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat, maka perbanyaklah
 sholawat kepadaku di dalamnya, karena sholawat kalian akan ditunjukkan 
kepadaku, para sahabat berkata: ‘Bagaimana ditunjukkan kepadamu 
sedangkan engkau telah menjadi tanah?’ Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya 
Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (Shohih. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i)
2. Mandi Jumat
Mandi pada hari Jumat wajib hukumnya bagi setiap muslim yang balig 
berdasarkan hadits Abu Sa’id Al Khudri, di mana Rasulullah bersabda yang
 artinya, “Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang baligh.”
 (HR. Bukhori dan Muslim). Mandi Jumat ini diwajibkan bagi setiap muslim
 pria yang telah baligh, tetapi tidak wajib bagi anak-anak, wanita, 
orang sakit dan musafir. Sedangkan waktunya adalah sebelum berangkat 
sholat Jumat. Adapun tata cara mandi Jumat ini seperti halnya mandi 
janabah biasa. Rasulullah bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi Jumat seperti mandi janabah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Menggunakan Minyak Wangi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Barang
 siapa mandi pada hari Jumat dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak
 rambut atau minyak wangi kemudian berangkat ke masjid dan tidak 
memisahkan antara dua orang, lalu sholat sesuai yang ditentukan baginya 
dan ketika imam memulai khotbah, ia diam dan mendengarkannya maka akan 
diampuni dosanya mulai Jumat ini sampai Jumat berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Bersegera Untuk Berangkat ke Masjid
Anas bin Malik berkata, “Kami berpagi-pagi menuju sholat Jumat dan tidur siang setelah sholat Jumat.” (HR. Bukhari). Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Makna
 hadits ini yaitu para sahabat memulai sholat Jumat pada awal waktu 
sebelum mereka tidur siang, berbeda dengan kebiasaan mereka pada sholat 
zuhur ketika panas, sesungguhnya para sahabat tidur terlebih dahulu, 
kemudian sholat ketika matahari telah rendah panasnya.” (Lihat Fathul Bari II/388)
5. Sholat Sunnah Ketika Menunggu Imam atau Khatib
Abu Huroiroh radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang
 siapa mandi kemudian datang untuk sholat Jumat, lalu ia sholat 
semampunya dan dia diam mendengarkan khotbah hingga selesai, kemudian 
sholat bersama imam maka akan diampuni dosanya mulai jum’at ini sampai 
jum’at berikutnya ditambah tiga hari.” (HR. Muslim)
6. Tidak Duduk dengan Memeluk Lutut Ketika Khatib Berkhotbah
“Sahl bin Mu’ad bin Anas mengatakan bahwa Rasulullah melarang Al 
Habwah (duduk sambil memegang lutut) pada saat sholat Jumat ketika imam 
sedang berkhotbah.” (Hasan. HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
7. Sholat Sunnah Setelah Sholat Jumat
Rasulullah bersabda yang artinya, “Apabila kalian telah selesai mengerjakan sholat Jumat, maka sholatlah empat rakaat.” Amr menambahkan dalam riwayatnya dari jalan Ibnu Idris, bahwa Suhail berkata, “Apabila engkau tergesa-gesa karena sesuatu, maka sholatlah dua rakaat di masjid dan dua rakaat apabila engkau pulang.” (HR. Muslim, Tirmidzi)
8. Membaca Surat Al Kahfi
Nabi bersabda yang artinya, “Barang siapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat maka Allah akan meneranginya di antara dua Jumat.” (HR. Imam Hakim dalam Mustadrok, dan beliau menshahihkannya)
Demikianlah sekelumit etika yang seharusnya diperhatikan bagi setiap muslim yang hendak menghidupkan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
 ketika di hari Jumat. Semoga kita menjadi hamba-Nya yang senantiasa di 
atas sunnah Nabi-Nya dan selalu istiqomah di atas jalan-Nya.
(Disarikan dari majalah Al Furqon edisi 8 tahun II oleh Abu Abdirrohman Bambang Wahono)
Penulis: Abu Abdirrohman Bambang Wahono

 
 
0 komentar
Posting Komentar